Selamat membaca .... !!!
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Bahasa
merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain
agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa
sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia
terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk
menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa.
Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka.
Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa
serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia
dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.
Era
globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama
bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan
bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar
bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional
(Lingua Prafanca), maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa
Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional
sehingga tidak buta akan informasi dunia. Tak dipungkiri memang pentingnya
mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita tetap
menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti yang
kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam
mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya
sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku
dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita
di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan
sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia.
1.
Sejarah Perkembangan
Bahasa Indonesia pada Masa Prakemerdekaan.
Pada
dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan
sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam
Nusantara dan dari luar Nusantara. Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu
tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:
Tulisan
yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380.
·
Prasasti
Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
·
Prasasti
Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
·
Prasasti
Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
·
Prasati
Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.
Dan pada
saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:
·
Bahasa
kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.
·
Bahasa
perhubungan (Lingua Prafanca) antar suku di Indonesia
·
Bahasa
perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal
dari luar indonesia.
·
Bahasa
resmi kerajaan..
Bahasa
melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam
di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya
karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena
itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara
sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Ada empat
faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
·
Bahasa
melayu sudah merupakan lingua prafanca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdangangan.
·
Sistem
bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
·
Suku
jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
·
Bahasa
melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
yang luas.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap
sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang
kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan
keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.
Pada
akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu
(Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai
pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara
perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di
Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun
pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu
masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace
menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki
suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan
dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah,
tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang
digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
Pada
awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di
bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia
di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
2.
Sejarah Perkembangan
Bahasa Indonesia pada Masa Pascakemerdekaan
Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok
nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta
makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau,
antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara
mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan
bangsa Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir
pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok
Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:
·
Kami
Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air
Indonesia.
·
Kami
Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
·
Kami
Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Ikrar para
pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari “Sumpah
Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan
kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya
sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu
Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa
Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh
berbagai lapisan masyarakat indonesia.
3.
Peristiwa-peristiwa
yang mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia
§ Budi Otomo.
Pada tahun
1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat kenasionalan yang
pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan
sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,.
Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan
dan keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan
syarat utam untuk melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.
§ Sarikat Islam.
Sarekat
islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang
perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik jga. Sejak berdirinya,
sarekat islam yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang
politik tidak perna mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan
ialah bahasa Indonesia.
§ Balai Pustaka.
Dipimpin
oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan
ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah
menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga
menerbitkan majalah.
Hasil yang
diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa melau
menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
Meberikan
kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita
ciptanya dalam bahasa melayu.
Memberikan
kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya
sendiri dalam bahasa melayu.
Menciptakan
hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan
melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi
cita-cita bangsanya.
Balai
pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab diantara
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan di balai
pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang bersusun baik dan terpelihara.
§ Sumpah Pemuda.
Kongres
pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun
1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan
kongres p[emuda yang tepat penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung
kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan
juga bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Dari segi
politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari
perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional yang dimulai oleh
berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama
diselenggarakannya kongres itu adalah untuk mempersatukan berbagai organisasi
kepemudaan pada waktu itu.
Pada tahun
itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih
besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu
mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan
bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan
bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa
yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa
ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa
Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu
memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa
dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak
hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra
indonesia baru.
§ Sejarah Perkembangan
EYD
Ejaan
merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu
bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga
terbentuklah kata dan kalimat yang mudah dan enak didengar dan dipergunankan
dalam komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa
penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia terdiri dari:
-
Ejaan
van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf
Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman
tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi
diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
ü Huruf ï untuk
membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan
tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk
menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
ü Huruf j untuk menuliskan
kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
ü Huruf oe untuk
menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
ü Tanda diakritik,
seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal,
ta’, pa’, dsb.
-
Ejaan
Soewandi
Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa
Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut
dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan
ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku
sejak tahun 1901.
ü Huruf oe diganti
dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
ü Bunyi hamzah dan bunyi
sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
ü Kata ulang boleh
ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke barat-baratan.
ü Awalan di - dan kata
depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.
Perbedaan-perbedaan
antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:
-
huruf
‘oe’ menjadi ‘u’, seperti pada goeroe → guru.
-
bunyi
hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (‘) ditulis dengan
‘k’, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
-
kata
ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
-
awalan
‘di-’ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan
dengan imbuhan ‘di-’ pada dibeli, dimakan.
Ejaan
Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya
sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan
penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia yang menggantikan
Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan
mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor departemennya saat itu, dari
Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.
-
Ejaan
Yang Disempurnakan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini
menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei
1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran
Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan
untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara
tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972,
berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan
Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi
Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan
buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan”.
Pada tanggal 12 Oktober 1972,
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”
dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
“Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah”.
Perbedaan-perbedaan
antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci
‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
‘oe’ menjadi ‘u’ : oemoem -> umum
‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang
‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk
‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat
‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir
‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
‘oe’ menjadi ‘u’ : oemoem -> umum
‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang
‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk
‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat
‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir
awalan
‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh
“di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-’
pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Perkembangan Bahasa Indonesia
Masa Reformasi. Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers): . Bertambahnya
jumlah kata-kata singkatan (akronim); Banyak penggunaan istilah-istilah asing
atau bahasa asing adalam surat kabar.
Pers telah
berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru, seperti
KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi,
provokator, arogan, hujat, makar, dan sebagainya.
Bahasa
Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris
ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi pula oleh media iklan maupun artis
yang menggunakan istilah baru yang merupakan penyimpangan dari kebenaran cara
berbahasa Indonesia maupun mencampuradukan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
4.
Kedudukan dan Fungsi
Bahasa Indonesia
Kedudukan dan fungsi
Bahasa Indonesia, yaitu:
·
Sebagai
bahasa persatuan (alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya
·
Bahasa
nasional;
·
Bahasa
resmi
·
Bahasa
budaya dan Bahasa ilmu
·
Sebagai
bahasa pengantar di lembaga-lembaga
·
Pendidikan
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dapat
disimpullkan dari makalah ini, bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa
melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa Indonesia)
karena :
Bahasa
melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan
dan bahasa perdangangan.
Sistem
bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
Suku jawa,
suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
Bahasa
melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
yang luas.
2.
Saran
Bahasa
Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan terdahulu memiliki
banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan menjadi bahasa pemersatu, bahasa
nasional, bahasa Indonesia. Sehingga kita sebagai generasi penerus mampu untuk
membina, mempertahankan bahasa Indonesia ini, agar tidak mengalami kemerosotan
dan diperguna dengan baik oleh pihak luar.
0 komentar:
Posting Komentar