Semangat perjuangan yang selama ini telah dilakukan pegiat difabilitas, mulai dari ratifikasiConvention on the Rights of Persons with Disabilities(CRPD)
menjadi UU Nomor 8 tahun 2016, sampai berlangsungnya proses penyusunan
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) merupakan langkah besar. Langkah
besar ini tentunya juga memperbesar peluang yang memungkinkan
terciptanya pendidikan inklusif di Perguruan Tinggi. Untuk memantapkan
perjuangan itu, beberapa perguruan tinggi yang respek terhadap
pendidikan difabel seperti UIN Sunan Kalijaga, UII, UIN Syarief
Hidayatullah, IAIN Solo, Universitas Surabaya, Universitas Indonesia,
Alicante University Spanyol, didukung Dirjen Pendidikan Tinggi sedang
merintis berdirinya organisasi difabel nasional di kampus UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Untuk kepentingan itu, diselenggarakan Konferensi
Nasional bertajuk “Ensuring Access and Quality Education for Students with Disabilities in Indonesian Universitiesdan Launching Program INDOEDUC4ALL,di gedung RHA. Soenarjo, kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (14/12).
Mantan ketua Pusat Layanan Difabel (PLD)
UIN Sunan Kalijaga, yang saat ini masih aktif (turut) mengembangkan
keberadaan PLD, Dr. Rof’ah ditemui di sela-sela acara menyampaikan,
dirintisnya organisasi difabel nasional dan dilaunchingnya program INDOEDUC4ALL
di kampus UIN Sunan Kalijaga, tentunya memberikan semangat tersendiri
untuk membenahi pendidikan di Perguruan Tinggi agar memberikan akses
yang sama terhadap mahasiswa difabel. Hal ini menjadi modal bagi
keberlangsungan perjuangan para organisasi difabel dalam mengawal
kebijakan pemerintah, khususnya di wilayah pendidikan.
Ia mencontohkan bagaimana peran
organisasi difabel dalam menterjemahkan atau memahami impelementasi
pendidikan inklusi. Mulai dari Taman Kanak-kanak (TK,) Sekolah Dasar
(SD,) Sekolah Menengah Pertama (SMP,) Sekolah Menengah Atas (SMA,)
sampai Perguruan Tinggi. Mendetailkan teknis pelaksanaan dari poin-pon
yang ada di dalam CRPD dan UU Penyandang Disabilitas.
“Mulai dari apa yang harus dilakukan,
seperti assisstive teknologi apa yang harus ada, kemudian pentingnya
unit difabilitas di semua pelayanan pendidikan, ketersedian sarana dan
prasarana itu menjadi penting kunci sukses pendidikan inklusi,” sambung
Ro’fah.
Menurut Rof’ah, di kampus UIN Sunan
Kalijaga, sebelum berdirinya PLD para mahasiswa telah aktif memberi
pendampingan kepada para mahasiswa difabel. Karena memang sejak dulu
kampus ini telah menerima difabel untuk bisa studi lanjut. Dengan
Lahirnya PLD, kampus ini lebih bisa melakukan pelayanan yang
sebaik-baiknya. Lebih-lebih lagi dengan adanya dukungan dari Dirjen
Dikti dan University of Alicante, Spanyol, diharapkan akan bisa
segera didirikan organisasi difabel nasional yang akan memayungi
berbagai PLD yang ada di kampus-kampus di Indonesia ini. University of Alicante, Spanyol memberikan dukungannya melalui program bernamaINDOEDUC4ALLyang
akan berjalan sampai tiga tahun kedepan.Di mana Alicante sebagai
koordinator menggandeng enam universitas di Indonesia untuk menjadi agen
dari program tersebut. Ke-enamnya adalah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas
Lambung Mangkurat, Universitas Surabaya, dan IAIN Surakarta.
Luis Gomez de Membrillera Desantes selakuInternational Officedari
Universitas Alicante menjelaskan, Program tersebut dibentuk melihat
optimisme dari progres yang ditunjukkan berbagai universitas di
Indonesia, baik dalam membentuk layanan dan komitmen terhadap isu
difabilitas. Melalui program INDOEDUC4ALL menurutnya, bisa memodernisasikanassisstive tekhnologiatau alat bantu teknologi bagi difabel di setiap universitas.
“Selain dari upaya penyadaran akses
pendidikan untuk difabel yang kondisinya juga sama seperti di Alicante.
Pada forum ini, program INDOEDUC4ALL saya launching,” tambah Luis.
Selain mengenalkan programINDOEDUC4ALL,
Universitas Alicante melalui Direktur Unit Layanan Mahasiswa Difabel,
Pepi Parreno menjelaskan kerja-kerja yang sudah dilakukan di universitas
asal Spanyol tersebut. Kerja-kerja tersebut menurutnya tidak berbeda
dengan apa yang juga dilakukan Pusat Layanan Difabel (PLD) di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Lebih jauh, Pepi selaku kepala Unit
layanan menjelaskan, PLD di Universitas Alicante yang sudah berdiri 17
tahun lalu, berada di bawah Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan
Ketenagakerjaan Universitas Alicante.
Terkait struktur unit layanannya yang
diketuai Pepi sendiri, terdapat empat pekerja sosial, di mana salah
satunya merupakan seorang sosialog. Selain itu ada dua ahli psikolog dan
satu ahli seksolog yang berasal dari sumberdaya eksternal unit layanan.
Sedangkan di dalam internal, ada satu orang yang ahli di bidangassisstive tekhnologiatau teknologi bantu untuk difabel.
Pepi juga menjelaskan tujuan dari unit
layanan yang dikawalnya untuk menjamin partisipasi penuh dari mahasiswa
difabel dengan prinsip kesamaan kesempatan dan aksesibilitas universal.
Prinsip tersebut menjadi dasar dalam setiap pengadaan program-program,
serta ruang aspirasi dan menjadi pegangan dalam menjalankan misi
penyadaran terhadap masyarakat kampus Alicante dalam memahami
difabilitas.
Adapun kerja-kerja yang dilakukan yakni
mengindentifikasi kebutuhan mahasiswa difabel, dan memberikan masukan
sekaligus membuka layanan konseling. Kemudian membangun rencana aksi
terkait program-proram yang akan dilaksanakan ke depan, membimbing dan
memberi panduan kepada para dosen bagaimana melakukan adaptasi terhadap
pembelajaran. “Sekaligus membuka layanan bagi keduanya,” terang Pepi.
Menurut Pepi, rencana aksi yang sedang
berjalan di Alicante. Seperti mengidentifikasi dan mengorganisir
mahasiswa difabel yang mau disebut difabel. Sebab menurutnya, tidak
semua mahasiswa difabel mengakui kedifabelannya. Mereka juga mengajukan
modifikasi tes, ujian dan membuat proposal untuk mengubah mekasnisme
pembelajaran yang selama ini belum mengakomodir. Selain itu
menginformasikan kepada mahasiswa pentingnya memiliki sertifikat
difabilitas dalam workshop atau diskusi tentang difabilitas.
“Dan menjembatani lulusan mahasiswa
difabel untuk masuk ke dunia kerja,” lanjut Pepi. Sedangkan dari aspek
kerelawanan, ia mengorganisir relawan baik yang diberikan kepada
orgnasisasi difabel di sekitarnya yang membutuhkan dan sebaliknya. Unit
layanannya menerima relawan dari organisasi difabel. Di samping itu,
juga mengadakan pelatihan kerelawanan.
Bagi Pepi, kerja-kerja unit layanan
tidak berbeda dengan unit PLD di UIN Sunan Kalijaga. Kehadirannya dalam
program yang akan mengajak enam universitas di Indonesia, untuk
sama-sama belajar bagaimana menentukan strategi dalam memberikan layanan
bagi mahasiswa difabel.
Arif Maftukhin, M.Si., ketua PLD UIN
Sunan Kalijaga menjelaskan, untuk menuju kampus inklusi tidak hanya
adanya unit layanan. Lebih dari itu, semua masyarakat kampus mulai dari
dosen, mahasiswa, dan birokrasi turut serta mengusung dan mendorong
kemudahan fasilitas dan pelayanan difabilitas dalam pendidikan inklusi.
Dengan adanya program INDOEDUC4ALL dan support 6 PT lain, serta
dukungan Dirjen Dikti yang pada forum ini diwakili oelh Rektor
Universitas Lambung Mangkurat, pihaknya berharap, akses studi lanjut
difabel di Indonesia ke PT semakin terbuka luas.
Rektor Universita Lambung Mangkurat
menambahkan, Ke depan akan semakin banyak PT yang menyediakan kursi bagi
para difabel. Hal itu telah diamanatkan dalam UU No. 8 Tahun 2016.
Dunia kerja juga harus menyediakan porsi untuk lulusan difabel. Dengan
prosentasi 100 formasi lapangan pekerjaan, 1 orang diantaranya untuk
difabel. Hal ini berlaku untuk instansi pemerintah, perusahaan maupun
lembaga swasta. Aturan ini belum banyak yang mengetahui, sehingga perlu
terus disosialisasikan agar UU tak sekedar diwajibkan untuk lembaga
pemerintah, tapi terimplementasi ke semua lapangan pekerjaan, dengan
memberi kemudahan fasilitas untuk tenaga kerja difabel.
Pada forum ini, PLD UIN Sunan Kalijaga
memberikan anugerah inklusi kepada beberapa orang relawan, yang telah
berkontribusi, berdedikasi dan berkomitmen tak ternilai sejak berdirinya
PLD UIN Sunan Kalijaga hingga sekarang, yakni: Kasman Ibnu (Relawan
sebelum ada PLD dan ikut merintis berdirinya PLD), Aslamah dan Ragil
Ristiyanti (text:Weni H/ Foto: Doni TW-Humas).
sumber
http://uin-suka.ac.id/id/web/berita/detail/1548/organisasi-difabel-nasional-dirintis-di-uin-sunan-kalijaga
Look at the way my partner Wesley Virgin's autobiography starts in this SHOCKING AND CONTROVERSIAL video.
BalasHapusWesley was in the army-and soon after leaving-he unveiled hidden, "MIND CONTROL" tactics that the government and others used to obtain whatever they want.
These are the exact same methods tons of celebrities (notably those who "became famous out of nothing") and the greatest business people used to become rich and famous.
You probably know how you utilize only 10% of your brain.
That's really because most of your BRAINPOWER is UNCONSCIOUS.
Perhaps this conversation has even occurred INSIDE OF YOUR own brain... as it did in my good friend Wesley Virgin's brain about 7 years back, while driving an unlicensed, trash bucket of a car with a suspended license and $3.20 in his bank account.
"I'm so frustrated with living check to check! Why can't I turn myself successful?"
You've taken part in those questions, ain't it right?
Your success story is waiting to be written. You just have to take a leap of faith in YOURSELF.
Take Action Now!